Konsumen Kini Lebih Minati Beli Properti Lewat Digital
Jakarta, Koridor – Pandemi Corona mendorong banyak orang untuk berada di rumah saja, apalagi di tengah ekonomi yang memburuk banyak orang yang juga memangkas rencana mereka termasuk untuk membeli rumah. Selama Pembatasan Skala Besar-Besaran (PSBB) diberlakukan, justru banyak orang yang mengunjungi situs jual-beli rumah.
Sejumlah portal teknologi jual-beli rumah atau property technology (proptech) melaporkan lonjakan pengunjung situs mereka. Portal Rumah.com misalnya, merilis kalau kunjungan situs di kuartal I-2020 (Januari-Maret) mencapai 3 juta orang per hari, dan pencari masih aktif mengakses portal tersebut memasuki April 2020. Demikian juga dari sisi jumlah total impresi pada listing properti tetap stabil.
Marine Novita, Country Manager Rumah.com mengatakan pandemi Covid-19 akan meninggalkan jejak perubahan perilaku konsumen dalam jangka panjang termasuk di pemasaran properti. Konsumen juga sudah merasakan manfaat dari membeli atau menjual rumah melalui pasar digital, sehingga portal Proptech akan menjadi saluran masuk baru dalam industri realestat.
“Dengan itu, kami berharap untuk melihat peningkatan adopsi karena kami terus memperkenalkan fitur-fitur baru untuk meningkatkan pengalaman pengguna di platform kami,” jelas Marine dalam sebuah web seminar, baru-baru ini.
Sejak awal pandemi, Rumah.com melaporkan bahwa sekitar 80% pengunjung mencari rumah di situs tersebut, disusul 8% mencari tanah, sebesar 6% mencari apartemen, 3% mencari ruko, 1% mencari vila, dan 2% lain-lain.
Secara lokasi, sebanyak 35% pengunjung mencari rumah di Jakarta, 25% mencari rumah di Kota dan Kabupaten Tangerang, serta Kota Tangerang Selatan, 18% di Bogor, 13% di Bekasi, 11% di Depok, 9% di Surabaya, dan 35% lagi di Bandung, Bali, Malang, Medan, Semarang, dan lain-lain.
Sementara secara harga properti, Marine menjelaskan kalau sentimen positif harga properti semenjak akhir 2019 diluluhlantakkan dengan hadirnya Covid-19. Di Jakarta misalnya, harga properti pada kuartal I-2020 turun 1,4% dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun yang paling parah terjadi di Jawa Timur yang mengalami penurunan hingga 5,14% secara kuartalan.
Portal jual-beli properti Lamudi.co.id juga mencatat bahwa tren pencarian rumah di bulan Ramadan tahun ini meningkat drastis hingga 100% terutama saat memasuki jam sahur atau pada pukul pukul 03.00 WIB hingga 05.00 WIB.
Berdasarkan data Lamudi, rata-rata pencarian rumah saat waktu sahur mencapai 12.000-an pengunjung atau melonjak tajam jika dibandingkan biasanya yang rata-rata 5.000-an pengunjung. Tren pencarian rumah juga meningkat pada pukul 12.00 WIB hingga 14.00 WIB dan setelah buka puasa pada pukul 19.00 WIB hingga 20.00 WIB.
Rata-rata harga rumah yang paling banyak dicari rata-rata seharga Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar yang berlokasi di Jabodetabek.
Namun, meski terjadi tren peningkatan pengunjung, namun Lamudi menyebutkan belum dapat mencatatkan data ke dalam bentuk transaksi. Sebab Lamudi merupakan portal properti atau marketplace, sehingga transaksi jual beli terjadi di luar platform tersebut.
CEO 99 Group Indonesia, Chong Ming Hwee menyebutkan selama masa pandemi tercatat sekitar 22% calon konsumen mencari informasi properti melalui portal, 20% melalui media sosial, 14% melalui mesin pencari, dan 10% dari situs pengembang secara langsung.
“Ini menunjukkan ada tren peningkatan minat masyarakat mencari informasi properti melalui jaringan internet selama masa PSBB diberlakukan. Artinya penjualan sektor properti masih memiliki harapan yang cerah di tengah ketidakpastian akibat virus corona ini,” kata Ming Hwee.
Merujuk statistik marketplace properti 99.co dan Rumah123.com yang merupakan bagian dari 99 Group, sdekitar 26% calon konsumen mencari properti dengan harga Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar, 15% di rentang harga Rp 750 juta hingga Rp 1 miliar, 15% di harga Rp 500 juta hingga Rp 750 juta; serta 26% di rentang harga Rp 250 juta hingga Rp 500 juta.
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB), hampir 65% responden masih takut untuk melihat langsung rumah secara fisik, namun 96% merasa bahwa melalui foto 360 derajat dan virtual reality cukup efektif untuk melihat kondisi rumah yang diminati.
Ikuti Konsumen
Dari sisi pengembang, Yance Onggo, Marketing Director PT Ciputra Residence mengungkapkan selama masa pandemi ini telah terjadi berbagai perubahan perilaku dalam penjualan properti.
Dari sisi karyawan, Ciputra misalnya memprioritaskan keselamatan dan kesehatan karyawan sehingga diberlakukan kerja dari rumah atau Work From Home (WFH) dan juga sistem piket. Selain itu, karyawan juga diminta untuk mengoptimalkan kemajuan teknologi untuk tetap bisa berkoordinasi.
“Intinya, kami mengoptimalkan tim, sistem pemasaran yang inovatif dan adaptif terhadap teknologi untuk melakukan penjualan baru, dan fokusmenyiapkan produk baru yang dapat dipasarkan setelah Covid-19 usai dengan situasi “The New Normal”, Work From Home dan Learn From Home,” jelas Yance dalam sebuah diskusi webinar.
Selain terus membina komunikasi dan hubungan dengan semua stakeholder properti, menurut Yance, yang sangat penting untuk diantisipasi jika wabah ini selesai adalah memilih proyek dan produk yang memungkinkan untuk penjualan secara launching dan retail selama Covid-19.
Yance juga saat ini terus memperkuat metode dan sistem penjualan yang inovatif dan adaptif terhadap teknologi karena hal inilah yang akan paling krusial bagi properti dalam beberapa waktu ke depan. Menurut dia, mau tidak mau pengembang harus mengikuti perubahan pola perilaku konsumen properti pasca pandemi.
Hal senada diungkapkan Business Development Manager Travelio Property Management, Vincentius Christopher. Dia mengakui bakal ada tren baru di sektor properti guna mengikuti penyesuaian baru perilaku konsimen sebagai dampak Covid-19.
“Ke depan, perumahan yang tadinya jauh dari pusat kota dan kurang dilirik orang, akan jadi meningkat penjualannya karena ada kebiasaan baru yakni bekerja dari rumah. Ini sebuah tren yang akan muncul ke depan,” ujar Vincentius.
Dia menambahkan, saat ini pelaku usaha properti harus bisa beradaptasi dengan cepat. Hal itu mengingat semua sektor bisnis sekarang tengah berlomba-lomba menyesuaikan dengan keadaan baru guna mempertahankan penjualan mereka.