Internasional

  • Australia Disebut Berada Diambang “Krisis Sewa”

    JAKARTA,KORIDOR.ONLINE—Kebijakan pembukaan gerbang internasional oleh pemerintah Australia semenjak tanggal 21 Februari 2022 ternyata menciptakan masalah baru bagi para calon penyewa apartemen, khususnya para siswa dari luar negeri yang sudah kembali ke kota-kota besar di Australia seperti Sydney dan Melbourne.

    Menurut Kepala Bidang Penelitian dan Ekonomi Domain, Dr. Nicola Powell, mengatakan Australia berada di ambang “krisis sewa”.

    “Permintaan sewa akan terus meningkat tajam pasca pembukaan kembali secara penuh perbatasan internasional bagi para turis pemegang visa dan telah divaksinasi dua kali setelah dua tahun penutupan,” ungkapnya

    Pasar sewa Sydney telah digambarkan sebagai “kegagalan kronis”, dengan tingkat kekosongan kota turun ke level terendah sejak November 2017.

    Pembukaan gerbang internasional telah menambah tekanan lebih lanjut pada pasar sewa yang sudah tegang, di mana tingkat kekosongan di kota Sydney turun menjadi 1,4% pada Februari (turun dari 1,9% pada Januari), menurut Rental Vacancy Rate Report termutakhir oleh Domain. 1.4% merupakan titik terendah pasar sewa kota Sydney sejak November 2017.

    Harga sewa unit naik sebesar AUS$30 dalam setahun, atau 6,4%, menjadi rata-rata AUS$500 – menjadikannya peningkatan tahunan paling tajam dalam delapan tahun. Biaya sewa naik 2% dalam tiga bulan terakhir saja, menggandakan pertumbuhan triwulanan sebelumnya dan melampaui biaya sewa rumah tapak untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai.

    “Pasar sewa Sydney terutama di pusat kota telah mengalami pemulihan yang cepat setelah mengalami penurunan permintaan di awal pandemi,” kata Powell.

    “Permintaan unit rental meroket, sementara harga properti terus naik mengakibatkan para calon pembeli menahan keinginannya dan terus menyewa”

    Vacancy Rate atau Tingkat Kekosongan didefinisikan oleh SQM Research, sebuah lembaga penelitian dan peramalan properti independen sebagai Persentase dari keseluruhan properti sewaan yang merupakan ‘daftar yang telah diiklankan selama lebih dari 3 minggu (dan saat ini masih diiklankan)’.

    Tingkat kekosongan 3% dianggap ‘sehat’ karena dianggap sebagai titik ekuilibrium di mana pasar seimbang secara merata antara pemilik dan penyewa. Tingkat kekosongan yang sangat rendah di bawah 2% menandakan permintaan sewa yang tinggi, membutuhkan properti baru di pasar untuk memenuhi kebutuhan penyewa ini.

    Menanggapi krisis tingkat kekosongan hunian yang terjadi di Sydney, Direktur Penjualan dan Pemasaran Crown Group Indonesia, Tyas Sudaryomo, mengungkapkan bahwa krisis ini sudah bisa diprediksi sebelumnya.

    “Banyak pembangunan hunian baru terutama apartemen yang terhambat selama 2 tahun terakhir, hal ini mengakibatkan berkurangnya pasokan di pasar, terutama di kawasan  inner city  seperti Waterloo dan Eastlakes”

    “Selama periode 2020 – 2021, Sydney mengalami penurunan permintaan sewa dikarenakan pandemi COVID-19 dan dapat dilihat melalui tingkat kekosongan rata-rata yang menyentuh 4% atau di atas 3%” ungkap Tyas.

    “Menurut data dari KBRI Australia, pada 29 Maret 2020, jumlah mahasiswa asing pemegang visa Australia adalah sebanyak 694.038 mahasiswa. Dan berdasarkan data tanggal 28 Juni 2021, jumlah mahasiswa asing pemegang visa Australia menurun sebesar 31.9% dalam rentang waktu 15 bulan. Sebanyak 85% mahasiswa yang sudah memiliki visa studi masih berada di luar negeri karena kebijakan penutupan perbatasan akibat Covid-19”

    “Namun ketika Australia membuka pintu internasional nya, permintaan sewa melonjak tajam hanya dalam beberapa bulan saja hingga vacancy rate menyentuh angka 1.4%. Terendah semenjak tahun 2017”

    “Tentu saja ini adalah situasi yang sangat positif bagi para pemilik unit properti”

    “Sebagai contoh nyata, saat ini tingginya jumlah permintaan sewa tidak sebanding dengan unit yang siap disewakan di Waterfall by Crown Group sehingga kami juga kesulitan untuk bisa memenuhi setiap permintaan yang muncul”

    “Terutama dari siswa luar negeri khusus nya Indonesia yang baru kembali lagi ke Australia”

    “Jumlah mahasiswa Indonesia di Australia yang tercatat per tanggal 28 Juni 2021 yakni sebanyak 12.645 mahasiswa. Ini menempatkan Indonesia di peringkat 6 jumlah mahasiswa asing terbanyak di Australia setelah Tiongkok, India, Nepal, Vietnam dan Malaysia. Tercatat sebanyak 31% atau sekitar 3.905 mahasiswa masih berada di Indonesia.”

    “Kami selalu menyarankan kepada para calon pembeli kami di Indonesia, apabila memiliki anak yang akan melanjutkan studinya ke Australia, lebih baik untuk melakukan investasi melalui pembelian properti dibandingkan hanya dengan menyewa unit properti selama beberapa tahun” tambah Tyas.

    “Apabila dikalkulasikan masih jauh lebih menguntungkan pembelian properti berdasarkan hitungan kenaikan nilai properti secara konservatif sebesar 7 – 8% setiap tahunnya dibandingkan dengan biaya sewa yang setiap bulannya bisa mencapai kisaran Rp20 juta”

    “Waterfall by Crown Group yang akhir tahun lalu berhasil menyabet gelar UDIA Best High-Density Development Award 2021 merupakan kompleks hunian vertikal yang sangat popular bagi para profesional dan siswa luar negeri”

    Waterfall by Crown Group terletak di O’Dea Avenue, Waterloo, sangat dekat dengan lokasi beberapa institusi pendidikan terbaik di Australia serta hanya berjarak 5 km dari pusat CBD Sydney.

    “Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika permintaan akan unit sewa di Waterfall by Crown Group sangatlah tinggi semenjak 2 bulan terakhir” tutup Tyas

     

     

     

  • Bank DKI Masuk 20 Bank Terbaik di Indonesia Versi Forbes

    JAKARTA, KORIDOR.ONLINE—Bank DKI, bank milik Pemprov DKI Jakarta, masuk ke dalam daftar 20 Bank Terbaik di Indonesia sekaligus masuk dalam jajaran World’s Best Banks atau Bank Terbaik di Dunia tahun 2022 versi Majalah Forbes. Hal ini berkat pertumbuhan kinerja keuangan yang di atas rata-rata industri perbankan nasional dan berbagai terobosan inovasi layanan perbankan digital yang dilakukan oleh Bank DKI. Demikian disampaikan Sekretaris Perusahaan Bank DKI, Herry Djufraini dalam keterangan tertulisnya di Jakarta (14/04).

    Pemberian predikat The World’s Best Banks untuk Bank DKI ini mengacu pada hasil survei yang dilakukan terhadap lebih dari 45 ribu konsumen di 27 negara. Bank dinilai berdasarkan tingkat kepuasaan konsumen terkait kepercayaan, layanan digital hingga nasihat keuangan. “Pencapaian ini menjadi semangat bagi kami untuk terus menghadirkan produk dan layanan perbankan digital yang mampu menjawab kebutuhan perbankan bagi para nasabah dan mitra kerja Bank DKI,” ujar Herry.
    Dari sisi layanan perbankan digital, Bank DKI terus menghadirkan layanan ekosistem digital atau e-channel melalui JakOne Community Apps. untuk mengakomodasi perubahan perilaku nasabah dan masyarakat yang semakin bergerak ke arah layanan digital. JakOne Community Apps merupakan layanan perbankan digital untuk mendorong penerapan inklusi keuangan serta melalui pengembangan produk dan layanan digital. Adapun JakOne Community Apps sendiri terdiri dari JakOne Mobile, JakOne Abank, JakOne Erte, JakOne Artri, dan Ancol Apps. Terbaru, Bank DKI menghadirkan layanan Mobile Cash Tarik Tunai tanpa kartu dan Cash Recycle Machine.
    Ke depannya Bank DKI akan terus melakukan inovasi layanan perbankan digital seperti JakOne Pay dan JakSchool sebagai upaya Bank DKI untuk terus memperkuat layanan perbankan digital kepada berbagai komunitas di DKI Jakarta dan melengkapi JakOne Community Apps yang sudah tersedia saat ini. Bank DKI juga akan meluncurkan JakOne Abank Mobile dengan tujuan mendorong penerapan inklusi keuangan serta memperluas akseptansi pembayaran kepada para pelaku UMKM di DKI Jakarta dan sekitarnya.
    “Kami bersyukur dan menyampaikan terima kasih kami kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selaku pemegang saham, nasabah, dan mitra kerja PT Bank DKI yang terhormat, atas kepercayaan yang telah diberikan kepada produk dan layanan kami. Sehingga, Bank DKI berhasil tercatat menjadi salah satu dari 20 bank terbaik di Indonesia tahun 2022 versi Majalah Forbes,” ujar Herry.

  • Gandeng Investor Malaysia, RA Land Kembangkan Kawasan Perumahan Bagi MBR

    JAKARTA,KORIDOR.ONLINE— RA Land , perusahaan pengembang properti nasional, bekerjasama dengan Perusahaan Malaysia, PT. Manakeeb Grup dan Senandung Putih SDN BHD—salah satu pemilik Perusahaan Beton Berkah Sadaya Group (TBK), menandatangani Nota Kesepahaman kerja sama dalam bidang properti.

    Kerjasama tersebut bertujuan mewujudkan visi untuk menjadi developer unggulan dengan fokus bisnis mengembangkan perumahan rakyat yang terjangkau, layak huni, serta ramah lingkungan.

    “Dengan semangat membangun negeri serta semangat pengikatan persaudaraan antara kedua negara Malaysia dan Indonesia, RA Land bertekad untuk mewujudkan impian rumah pertama untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Sekaligus mendukung program satu juta rumah yang sudah dicanangkan oleh Presiden dan Wakil Presiden,” ungkap Dr. Risti Yuni Lestari, M.B.A, Komisaris Utama RA Land, disela-sela penanda tanganan nota kesepahaman di Jakarta, 26/3/22.

    Kegiatan nota kesepahaman dalam bidang properti dengan investasi sebesar Rp16 triliun tersebut disaksikan langsung oleh Menteri Ekonomi Malaysia, Yb. Dato Sri Mustapa bin Muhamed

    Kegiatan nota kesepahaman dalam bidang properti dengan investasi sebesar Rp16 triliun tersebut disaksikan langsung oleh Menteri Ekonomi Malaysia, Yb. Dato Sri Mustapa bin Muhamed.

    RA Land lanjut Risti akan mengembangkan beberapa kawasan properti di seluruh Indonesia, khususnya di pulau Jawa dan akan ikut andil mengambil peran dalam membangun negara dalam peningkatan penyerapan rumah bersubsidi. Selain itu, RA Land juga melibatkan dan memperdayakan generasi milenial, khususnya pada santri.

    Melalui unit bisnis Public Housing Development RA Land mengundang pengembang millennial dan santri yang mempunyai semangat dalam membangun negeri.

    “Tentunya, untuk bersama melaksanakan pengembangan kami akan memberikan pembinaan bersama mitra. Selanjutnya, kami bersama mitra dan pengembang millennial akan mengembangkan perumahan sesuai dengan signature design dan standar teknis RA Land. Sehingga kami dapat memberikan rumah yang berkualitas, terjangkau, serta ramah lingkungan,”lanjutnya.

    RA Land berkomitmen untuk mendukung dalam menyukseskan program kerja Kementerian PUPR dan penyaluran KPR FLPP dan program KPR Tapera.

    “Dengan tata Kelola produksi pengembangan perumahan yang dimiliki, RA Land percaya dapat memberikan kontribusi serta kebahagiaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebagai wujud nyata bagi santri dan millennial. Kebahagiaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk mewujudkan impian rumahnya merupakan nilai kami,” pungkasnya

     

     

  • New Normal, Pariwisata Bali Diprediksi Paling Cepat Pulih

    /pariwisata bali/foto: Istimewa

    New Normal, Pariwisata Bali Diprediksi Paling Cepat Pulih

    Wishnutama Kusubandio (Menparekraf)

    Jakarta, Koridor – Pulau Dewata Bali diperkirakan masih tetap akan menjadi destinasi favorit wisatawan baik lokal maupun asing usai pandemi Covid-19. Seperti diketahui, pemerintah sedang menyiapkan protokol new normal sehingga aktivitas ekonomi masyarakat dapat bergerak kembali.

    Deputi Bidang Pemasaran Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Nia Niscaya mengungkapkan  Bali tetap akan menjadi favorit wisatawan karena selain memang menjadi salah satu destinasi yang selalu memiliki daya tarik kuat bagi wisatawan, Bali juga merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki penyebaran Covid-19 yang terkendali.

    “Meski pun banyak wisatawan yang berkunjung ke pulau itu, tapi Bali bukanlah pusat pandemi Covid-19 di Indonesia,” kata Nia Niscaya dalam sebuah web seminar di Jakarta, baru-baru ini.

    Nia menjelaskan, kasus positif Covid-19 di Bali hingga saat ini tercatat sebanyak 300 kasus dengan 195 orang sembuh dan 4 orang meninggal. Hal itu salah satunya karena masyarakat Bali dapat bersikap disiplin untuk tetap tinggal di rumah dan mematuhi perintah kepala desa dan pemimpin agama setempat.

    Karena itu, dia memperkirakan Bali akan menjadi salah satu destinasi yang paling lebih cepat pulih dan banyak dikunjungi wisatawan begitu pandemi dinyatakan usai.

    Kementerian, menurut Nia, akan menjadikan Bali sebagai pilot project untuk penerapan program CHS (Clean, Health, and Safety) untuk diterapkan di berbagai destinasi dan pengelola usaha pariwisata lainnya di Bali, seperti restoran dan hotel.

    Selain Bali, pemerintah juga akan menjalankan program serupa di Yogyakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan nantinya di seluruh Indonesia.

    “Melalui program CHS ini kami ingin destinasi benar-benar siap ketika kembali menerima wisatawan usai pandemi. Kami tidak mau turis mancanegara maupun lokal kecewa karena kami tidak siap. Kami akan mendorong industri untuk nantinya bisa menerapkan program CHS dengan baik,” kata Nia.

    Dalam kesempatan itu Nia juga menjelaskan langkah-langkah secara umum yang dilakukan Kemenparekraf/Baparekraf dalam melakukan mitigasi dampak Covid-19 terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

    Libatkan Generasi Milenial

    Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio (Menparekraf) mengajak anak muda generasi Z dan milenial untuk tetap optimistis menghadapi perubahan perilaku manusia (new normal) termasuk perubahan perilaku berwisata.

    Hal itu dikatakan Menteri Wishnutama saat konferensi virtual I’M Milenial dan Generasi Z dengan tema “Tantangan, Harapan dan Masa Depan New Normal” di Jakarta, baru-baru ini.

    Dia menjelaskan situasi pandemi memang tidak mudah bagi pariwisata untuk bertahan atau berkembang, apalagi seluruh dunia merasakannya. Menurut Wishnutama, sektor pariwisata paling terdampak karena pariwisata tergantung pada kunjungan orang. Sedangkan saat ini tidak memungkinkan dilakukan kunjungan.

    “Yang terpenting adalah kita harus optimistis pada masa depan. Kita meyakini pascapandemi masa depan pariwisata ke depan akan luar biasa. Untuk jadi pemenang jangan ada sifat pesimistis. Pemenang mencari kesempatan, bukan kekurangan. Buat generasi muda, ayo cari apa kesempatan yang ada,” kata dia.

    Wishnutama Kusubandio menjelaskan, sebetulnya sebelum pandemi Covid-19, kementerian yang dia pimpin telah menyusun berbagai skenario strategis yang sifatnya sangat dasar dalam rencana kerja tahun 2020 seperti fasilitas wisata yang sesuai standar higienitas, kebersihan toilet, keselamatan, keamanan.

    Namun dalam masa pandemi ini, pihaknya berkoordinasi dengan K/L sekuat tenaga mencari cara untuk mempercepat langkah pemulihan sektor parekraf. Karena negara lain juga akan berusaha keras untuk mendatangkan wisatawan.

    “Untuk tahap awal kita akan coba mendorong wisatawan nusantara dulu, baru kita datangkan wisatawan mancanegara,” kata Wishnutama.

    Seperti diketahui, pandemi Covid- 19 telah membuat perilaku manusia yang baru (new normal) yang berbeda dan berubah dari perilaku sebelumnya.

    Perilaku yang jauh lebih peduli terhadap kesehatan dengan selalu menggunakan masker, rutin mencuci tangan, menjaga kekebalan tubuh, olahraga, makan makanan bergizi, hingga selalu menjaga jarak aman untuk menghindari rantai penularan Covid-19.

  • Investasi Realestat Asia Pasifik Ambruk di Awal Tahun

    /realestat asia pasifik/foto istimewa

    realestat Asia Pasifik

    Jakarta, Koridor – Investasi realestat komersial di Asia Pasifik cenderung melemah selama kuartal I-2020 di tengah wabah pandemic Covid-19. Dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu, investasi realestat di kawasan ini anjlok hingga 26% pada kuartal I-2020. Kondisi tersebut berdampak pada aliran modal ke berbagai sektor industri realestat.

    Berdasarkan laporan riset terbaru Jones Lang LaSalle (JLL) Global Capital Flows, volume transaksi realestat di Asia Pasifik turun menjadi US$ 34 miliar di kuartal I-2020.

    China, Hongkong dan Singapura menjadi pasar yang paling terpengaruh di Asia Pasifik, dengan aktivitas investasi menurun setidaknya 60% dibanding tahun lalu. Sedangkan dampak paling kecil dirasakan  oleh Korea Selatan dan Jepang, dimana kegiatan investasi tidak banyak berubah, bahkan sedikit lebih tinggi dibanding tahun lalu.

    Stuart Crow, CEO Capital Markets, Asia Pasifik, JLL mengungkapkan penurunan volume transaksi Asia Pasifik di kuartal I tahun ini sebenarnya sudah diperkirakan sebelumnya, melihat dampak akibat penyebaran Covid-19 di hampir seluruh negara di kawasan itu.

    Banyak investor telah menghentikan aktivitas bisnis karena kondisi ekonomi yang tidak menentu dan banyak kesepakatan bisnis yang terpengaruh. JLL melihat penurunan aktivitas ini masih akan berlanjut di kuartal I 2020. Meski volume perdagangan diprediksi berpotensi bangkit kembali dan menguat di paruh kedua tahun ini.

    “Ada banyak investor bermodal besar menunggu peluang, dan kami pikir dislokasi di pasar akan menciptakan banyak kesepakatan pada sebagian besar sektor,” kata Stuart Crow dalam laporannya.

    Ditambahkan, hampir semua sektor realestate komersial ddi Asia Pasifik dipengaruhi oleh Covid-19 pada kuartal pertama tahun ini, tentu  dengan tingkat aliran investasi yang bervariasi dibanding tahun lalu. 

    Volume investasi ritel misalnya, mencatatkan kontraksi paling signifikan yakni turun 39% (year on year/YoY) karena penerapan lockdown dan penjagaan jarak aman di banyak wilayah. Sementara kebutuhan untuk aset perkantoran tetap tinggi bagi investor luar negeri dan domestik, namun volume turun 36% (YoY), sekalipun terjadi penjualan aset kantor berskala besar di China, Jepang, dan Korea Selatan.

    Masih menurut riset JLL, kegiatan transaksi hotel berkurang sebesar 22% (YoY), namun sebagian diantaranya terbantu oleh penawaran tertentu yang diselesaikan pada awal kuartal di Jepang dan Korea Selatan. Lalu sektor industri dan logistik investasi adalah kelas aset yang paling tangguh di Asia Pasifik pada kuartal pertama, dengan pertumbuhan aktivitas mencapai 9% (YoY).

    “Meski begitu, investor tetap tenang dan optimis, bahkan berkomitmen untuk memainkan peran yang lebih besar di pasar realestat Asia Pasifik dalam jangka panjang,” papar Crow.

    Dampak keseluruhan dari wabah Covid-19 pada pasar investasi realestat diharapkan akan mulai terlihat lebih jelas pada kuartal II-2020 saat para investor fokus pada portofolio yang ada dan menggunakan waktu mereka untuk menunggu peluang yang tepat.

    “Meski demikian, karena aktivitas bisnis di China secara bertahap kembali normal pada bulan Maret dan beberapa ekonomi di wilayah tersebut telah berhasil menghindari penutupan wilayah secara keseluruhan, kami percaya penurunan material tidak mungkin lebih rendah dari kuartal ini,” kata Regina Lim, Executive Director, Capital Markets Research, Asia Pasifik, JLL.

    Turun Diatas 50%

    Sementara data JLL per negara menyebutkan bahwa hampir seluruh negara utama di Asia Pasifik mengalami penurunan aktivitas transaksi realestat.

    Di Australia misalnya volume transaksi menurun 28% (YoY). Pasar CBD Sydney dan Melbourne masih bertahan pada kuartal I-2020. Tetapi pasar investasi retail merosot tajam 78% per kuartal ketika penjualan properti besar ditunda atau dibatalkan karena kurangnya antusiasme terhadap properti pusat perbelanjaan.

    Di China, kegiatan investasi pada kuartal I-2020 di daratan Tiongkok sangat terpengaruh, penurunan tercatat sebesar 62% (YoY). Selama kuartal itu, penanam modal banyak yang menunda investasi dan penjual banyak yang menangguhkan rencana penjualan.

    “Namun, perusahaan domestik sudah mendominasi sebagian besar transaksi aset perkantoran, terutama di Shanghai, untuk kepentingan para pemilik,” kata Lim.

    Di Hongkong, total volume transaksi di kuartal pertama menurun 74% (YoY), dengan wabah Covid-19 yang memperparah masalah yang diakibatkan oleh keresahan sosial. Dalam situasi seperti ini, dikatakan ada transaksi-transaksi terbatas secara serentak dan jarak pemisah antara pembeli dan penjual tetap sangat lebar.

    Sementara di Jepang, investasi realestat tetap tangguh, namun bergerak flat dibanding tahun lalu karena kesepakatan besar yang berasal dari luar negara membantu meredam dampak Covid-19. Kegiatan investasi kantor dan ritel menurun di kuartal I, sementara volume transaksi di sektor logistik, hotel, dan perumahan naik dibanding tahun lalu selama kuartal tersebut.

    Negara kota Singapura memprediksi volume investasi anjlok 68% (YoY) ketika wabah membebani pasar. Ditambah dengan tidak adanya aset unggulan yang tersedia untuk dijual dan resiko resesi yang meningkat, investor menjadi lebih berhati-hati atau menghabiskan lebih banyak waktu untuk manajemen aset dan menunda penyebaran modal untuk saat ini.

    Sedangkan di Korea Selatan, volume transaksi di kuartal I-2020 naik dengan pertumbuhan 33% (YoY). Menurut Lim, aliran modal yang sehat ke sektor perkantoran membantu pasar tetap tangguh selama ketidakpastian Covid-19, namun mengingat banyak kesepakatan yang ditransaksikan merupakan kelanjutan dari tahun lalu, maka volume kuartal tersebut mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan dampak yang sesungguhnya.

    Bawa Pesan Positif

    Sementara itu, Presiden FIABCI Asia Pasifik, Soelaeman Soemawinata menyarankan supaya seluruh pelaku usaha properti di seluruh dunia terus membawa pesan bahwa Covid-19 akan segera berakhir dan industri properti bakal kembali normal. Dia merujuk kepada kondisi di sejumlah negara yang sudah menuntaskan puncak pandemi yang propertinya mulai menggeliat seperti China dan Vietnam.

    Ke depan, Eman (demikian dia akrab disapa) menyebutkan cara mengelola perusahaan properti harus berubah pasca pandemi ini melalui cara-cara yang mengedepankan cloud system (online-based) management.

    “ASEAN harus memimpin dunia dengan bounce-back setelah corona virus ini. Pembicaraan hari ini harus mengarah kepada apa yang perlu dipersiapkan dalam waktu lockdown atau karantina yang terjadi sekarang,” papar Ketua Badan Pertimbangan Organisasi (BPO) DPP Realestat Indonesia (REI) itu.

    Digitalisasi usaha juga sangat penting dalam melewati krisis pandemi ini, sehingga digital marketing perlu lebih dioptimalkan.

Back to top button