KORIDOR, JAKARTA – Pembiayaan perbankan syariah di Indonesia terus bertumbuh agresif. Bisnis properti menjadi salah satu sektor yang berkontribusi besar dalam mendorong berkembangnya tren pembiayaan syariah, yang ditandai dengan tingginya minat masyarakat untuk menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR) berbasis syariah.
Per Juni 2020, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) total pembiayaan pembiayaan bank syariah tercatat mencapai Rp367,02 triliun, atau meningkat 10,18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp333,08 triliun.
Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengakui tren pembiayaan properti syariah dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat. Bahkan, menurut dia, saat ini KPR berbasis syariah bukan hanya diminati oleh umat Muslim saja, namun juga masyarakat non-Muslim. REI pun mendorong terus pengembangan pembiayaan perumahan berbasis syariah.
“Pembiayaan berbasis syariah terutama KPR ini semakin diminati masyarakat, bahkan trennya sekarang banyak masyarakat yang bukan beragama Islam juga memilih menggunakan produk KPR dari bank syariah karena dinilai lebih stabil bagi enduser,” ujar Totok dalam diskusi webinar bertajuk “Alternatif Perbankan Syariah untuk Pembiayaan Perumahan” yang diadakan DPP REI, Selasa (29/9).
Namun disisi lain, tren tersebut belum diikuti informasi yang jelas kepada masyarakat untuk memahami secara benar mengenai perbankan syariah. Akibat ketidakpahaman tersebut, akhirnya dimanfaatkan oknum yang mengatasnamakan syariah namun sebenarnya tidak menjalankan syarat-syaratnya secara benar untuk melakukan aksi penipuan.
“Kita semua berkewajiban memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat mengenai konsep-konsep syariah ini secara benar termasuk konsep pembiayaannya. Tidak hanya kepada masyarakat, tetapi juga buat pengembang,” ujar Totok.
Dengan pertimbangan itulah, REI menginisiasi diskusi mengenai perbankan syariah yang diikuti anggota dari seluruh Indonesia supaya memiliki pemahaman yang sama mengenai konsep perbankan syariah, sekaligus melihatnya sebagai alternatif pembiayaan.
Wakil Ketua Umum Koordinator DPP REI Bidang Pembiayaan dan Perbankan, Umar Husin, menambahkan dukungan pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin baik dan dibuktikan dengan meningkat transaksi pembiayaan syariah secara nasional. Dia meyakini tren pembiayaan properti secara syariah akan terus meningkat di masa mendatang.
“Khusus untuk Bank BTN, kami sangat berharap bisa menjadi bank sendiri bukan hanya unit usaha syariah supaya modal makin kuat dan bisa lebih banyak membiayai sektor properti,” harap Umar.
Alternatif Pembiayaan
Kepala Divisi BTN Syariah Alex Sofjan Noor menyebutkan bisnis berbasis syariah cukup berkembang, dimana share BTN mencapai 10% di atas rata-rata industri yang hanya 6%. Oleh karena itu, seharusnya pembiayaan syariah untuk properti bukan saja menjadi alternatif namun pilihan yang terbaik karena jenis pembiayaan yang disediakan juga sangat beragam.
“Apalagi sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam, meski pun memungkinkan bagi umat agama lain untuk juga dibiayai secara syariah,” ungkap Alex.
BTN Syariah selain memberikan pembiayaan kepada end-user atau masyarakat juga memiliki pembiayaan modal kerja bagi pengembang baik untuk konstruksi maupun pembebasan lahan. Sementara dari sisi permintaan, KPR Syariah BTN bisa membiayai subsidi maupun non-subsidi.
Untuk non-subsidi BTN Syariah memiliki pembiayaan untuk kepemilikan rumah, apartemen, ruko baik indent maupun ready stock dengan akad yang berbeda-beda dan juga margin berbeda yang bisa disesuaikan dengan kemampuan nasabah dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip syariat.
Alex mengapresiasi prakarsa DPP REI untuk memberikan informasi yang luas kepada pengembang dan masyarakat mengenai konsep perbankan syariah secara benar. Dia juga tidak memungkiri kalau syariah kerap kali tercoreng oleh oknum yang sebenarnya hanya berkedok syariah.
“Calon konsumen harus bisa lebih selektif dan berhati-hati untuk memastikan apakah pengembang dan perbankan syariah tersebut telah menerapkan hukum jual beli secara syariah, termasuk transparansi, dan juga keamanan,” ungkap Alex.
Direktur Bisnis Ritel dan Jaringan BNI Syariah Iwan Abdi menyebutkan pihaknya merupakan satu-satunya perbankan syariah yang bisa melakukan pengembangan sendiri. Sebab selain memberikan pembiayaan konstruksi, BNI Syariah juga melakukan kerjasama pengembangan, pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan KPR baik subsidi maupun non-subsidi (komersil).
Menurut dia, BNI Syariah juga memiliki keunggulan karena bisa memberikan pembiayaan untuk membangun di atas tanah wakaf, dan pembiayaan ini tidak dimiliki perbankan syariah lainnya. “Singkatnya, BNI Syariah memberikan setidaknya dua benefit sekaligus, yaitu halal dan berkah,” ujar Iwan.
Menurut Iwan, minat masyarakat untuk menggunakan pembiayaan syariah akan terus berkembang. Hal itu karena banyak orang sadar kalau syariah adalah sistem ekonomi yang tepat, meski tentu saja bukan berarti tanpa masalah.
“Saat ini masalahnya adalah literasi mengenai syariah, oleh karena itu butuh sinergi dengan semua pemangku kepentingan untuk bisa menemukan jalan keluar sehingga tidak ada lagi oknum yang mencoreng nama baik syariah,” kata Iwan.
BRI Syariah juga menjadi bank berbasis syariah dengan pertumbuhan cukup tinggi. BRI Syariah berhasil mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 59,88% dibanding periode yang sama tahun lalu, yang ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan segmen ritel dan pembiayaan KPR.
“Kami terus bertransformasi untuk bisa menjadi lebih baik dan sangat membuka diri untuk bekerjasama dengan pengembang termasuk anggota REI untuk bisa membiayai lebih banyak lagi rumah dengan tetap mengedepankan aturan yang berlaku,” kata Fidri Arnaldy, Direktur Bisnis Ritel BRI Syariah.
BRI Syariah juga tercatat menjadi salah satu bank pelaksana yang terbanyak menyalurkan KPR FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) pada tahun ini dan juga mendapatkan tambahan kuota.
Fidri mengatakan strategi BRI Syariah untuk menyalurkan KPR FLPP adalah dengan menggandeng developer yang memiliki reputasi baik dan berkomitmen membangun rumah harga terjangkau berkualitas baik, menyasar pada kelompok pekerja. (*)