
JAKARTA, KORIDOR – Pasar properti di Sukabumi selama ini belum tereksplor dengan baik. Tidak banyak developer yang melirik pengembangan properti khususnya perumahan di daerah pesisir selatan Provinsi Jawa Barat tersebut. Padahal peluang pasarnya sangat besar terlebih dengan dukungan sentra industri dan akses infrastruktur.
Direktur Operasional Setiabudi Land, Iwan Risdianto mengungkapkan belum tereksplor-nya potensi pasar properti di Sukabumi secara optimal kemungkinan karena aksesibilitas menuju Sukabumi yang selama ini belum terlalu baik, karena awalnya belum tersambung dengan jalan tol. Namun kondisi itu segera berakhir dengan rencana rampungnya pembangunan jalan tol Bocimi seksi II Cigombong-Cibadak.
“Saat ini sudah selesai dibangun tol dari Ciawi Bogor sampai Cigombong, dan nantinya akan sampai ke Cibadak. Bahkan rencananya menyatu dengan tol hingga ke Bandung. Sehingga diharapkan dengan adanya akses tol ini dapat menjadi trigger (pemicu) bagi industri properti di Sukabumi termasuk properti penunjang pariwisata,” ungkap Iwan dalam bincang-bincang dengan Koridor.Online di Jakarta, baru-baru ini.
Progres proyek tol Bocimi Seksi II Cigombong-Cibadak saat ini diperkirakan sudah mencapai 50%, dan ditargetkan rampung pada Februari 2021. Jika sudah beroperasi, maka waktu tempuh dari Jakarta ke Sukabumi diperkirakan hanya sekitar 2,5 jam.
Oleh karena itu, Iwan optimistis dibukanya pintu tol Cigombong dan Cibadak bakal memacu industri properti dan pariwisata di Kabupaten Sukabumi dan juga Kota Sukabumi. Sebab selain sebagai kawasan perdagangan, Sukabumi memiliki alam yang indah. Cukup banyak objek wisata di daerah itu, terutama wisata curug yang tidak kalah dari Pantai Pelabuhan Ratu seperti Curug Awang dan Curug Cikaso.
“Dengan adanya tol ini maka Sukabumi kami yakini akan menjadi tujuan wisata alternatif bagi warga Jakarta selain Puncak, Subang dan Bandung. Artinya kebutuhan terhadap properti penunjang pariwisata seperti hotel, resort atau ruang pertemuan (MICE) tentu akan meningkat,” ungkap Iwan.
Selain pariwisata, kebutuhan hotel dan MICE di Sukabumi juga ditopang oleh banyaknya industri besar berskala nasional dan internasional yang beroperasi di Kabupaten Sukabumi.
Lalu bagaimana dengan potensi pasar perumahan? Menurut Iwan, untuk rumah bersubsidi bagi MBR saat ini baik di kota maupun kabupaten Sukabumi serapannya masih cukup tinggi terutama permintaan dari pekerja industri, ASN dan TNI/Polri.
Sementara untuk hunian segmen komersial, disebutkan masih besar peluang khususnya untuk rumah dengan rentang harga mulai Rp250 juta hingga Rp600 juta per unit. Setiabudi Land misalnya, saat ini sedang mengembangkan beberapa proyek perumahan menengah di Cibeureum, Sukaraja dan Goalpara antara lain Setiabudi Permai, Villa Setiabudi, Setiabudi Estate, Qianna Residence dan Goalpara Hills.
“Bahkan selama PSBB kemarin, penjualan kami masih di atas target perusahaan. Kenapa, karena ternyata di level middle low, fundamental daya beli mereka masih bagus karena mayoritas adalah pekerja industri yang sektor usahanya tidak terlalu terdampak oleh Covid-19,” ujar Iwan.

Tetap Ekspansi
Sementara menanggapi dampak pandemi Covid-19 terhadap masa depan industri properti, Iwan yang berpengalaman dalam bidang riset dan pemasaran properti tersebut mengungkapkan kondisi saat ini di satu sisi membawa hikmah bagi bisnis properti. Karena menurut dia, pandemi telah mengubah strategi marketing properti dari cara konvensional ke digital marketing.
“Dalam situasi sekarang, pengembang sudah harus mereposisi strategi pemasaran ke digital marketing. Ya mau tidak mau, harus siap. Jadi sebetulnya pandemi ini hanya mempercepat industri untuk masuk ke sistem digitalisasi termasuk sektor properti,” tegas dia.
Iwan menambahkan, semula digital marketing dianggap hanya sebagai alat pendukung pemasaran pengembang, namun sekarang justru berada di garda terdepan untuk mendorong penjualan. Dia merujuk ke Setiabudi Land yang sekarang sudah menerapkan pemasaran digital secara penuh. Hal itu salah satunya didorong oleh staf marketing Setiabudi Land yang didominasi anak-anak muda.
Selain website perusahaan yang dibuat menarik dan komunikatif, pemasaran melalui media sosial pun semakin gencar dilakukan. Di website misalnya, setiap pengunjung website langsung akan terkoneksi dengan staf marketing Setiabudi Land sehingga komunikasi langsung terjalin. Lewat upaya ini, kata Iwan, perusahaannya tetap dapat mencapai target penjualan setiap bulannya, sehingga tetap produktif meski di tengah pandemi.
“Justru sekarang setelah melihat-lihat di banyak website atau medsos pengembang calon pembeli akan pilih dan tentukan proyek mana yang dia anggap sesuai keinginannya. Jadi mereka yang datang setelah window shopping dari internet itu tingkat keseriusan untuk membeli sebenarnya lebih tinggi, karena dia sudah mencari-cari informasi di beberapa proyek sekaligus,” papar Iwan.
Di tengah pandemi, pengembang juga dituntut lebih jeli dalam melakukan ekspansi proyek. Mungkin di beberapa segmen perlu menahan rem, namun di segmen lainnya justru saat ini adalah waktu yang tepat untuk meluncurkan proyek baru. Yang utama kata Iwan adalah melakukan riset pasar secara benar, dan lakukan analisa SWOT serta positioning yang kuat.
“Asal produknya kuat, dan riset pasarnya benar saya kira tidak perlu harus menahan ekspansi meski saat ini ada pandemi yang tidak diketahui akan berakhir kapan. Yang penting jangan bohongi data riset, kalau memang tidak prospektif jangan diteruskan,” saran Iwan yang sudah puluhan tahun berkecimpung di industri properti terutama di bidang pemasaran dan riset properti itu.
Setiabudi Land saat ini memutuskan untuk masuk ke pasar Jabodetabek khususnya Tangerang Selatan (Tangsel) dengan mengembangkan proyek townhouse dan residensial di segmen menengah. Sejak berdiri pada 2009, Setiabudi Land sudah mengembangkan sejumlah proyek properti perumahan dan komersial di Bandung, Sukabumi, Sidoarjo, Serpong dan Tangerang Selatan.