FinansialHeadline

Pengembang Kecil Jajaki Pasar Modal

Jakarta,koridor—Realestat Indonesia (REI) mendorong pengembang properti berskala kecil dan menengah untuk menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau go public. Pengembang yang go public disebut berpeluang tumbuh lebih besar.

“Ada potensi pertumbuhan lewat go public. Kalau mau berkembang ya lewat go public,” kata Ketua DPD REI Jakarta, Arvin Iskandar, di gedung BEI Jakarta saat pembukaan Go Public Workshop REI DKI Jakarta dan Bursa Efek Indonesia (BEI) di Main Hall, Gedung BEI, akhir bulan lalu.

Arvin menjelaskan, permodalan merupakan salah satu isu yang dihadapi oleh para pengembang. Dengan go public, pengembang properti bisa mendapatkan alternatif permodalan.

Ketua DPD REI Jakarta, Arvin Iskandar

Menurut Arvin, sebagian besar pengembang properti saat ini masih mengandalkan pendanaan dari perbankan. Padahal perbankan memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam memberi pendanaan.

“Kalau lewat perbankan prosesnya cukup panjang, yang kita alami, bank tak bisa lakukan ekspansi untuk beli tanah,” tutur Arvin

.Arvin mengatakan pengembang properti yang sudah go public saat ini terbilang sedikit. Menurutnya, masih banyak pengembang yang ragu untuk mencari pendanaan melalui pasar modal.

Arvin mengungkapkan, kurang lebih baru ada sekitar 60-70 pengembang yang tercatat di BEI. Sedangkan yang belum yaitu sekitar 6.000 pengembang. Arvin berharap akan ada lebih banyak lagi pengembang properti yang memanfaatkan sumber pendanaan dari pasar modal.

“Kami harap tahun ini setidaknya lima anggota REI Jakarta bisa go public,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengungkapkan perusahaan properti yang menggunakan dana dari perbankan untuk operasional pasti membutuhkan biaya yang lebih besar karena ada bunga.

“Kalau dari perbankan kan memang ada biaya bunga yang harus dibayar. Kalau di bank harus dilihat juga kelayakannya, tapi tidak semua perusahaan bankable atau dapat mengakses sumber dana dari bank. Kalau dia mencatatkan saham di bursa ini bentuknya kan sharing ownership, artinya sharing kepemilikan,” kata Fawzi

| Baca Juga:   Targetkan Laba Bersih 2021 Rp2,5 T - Rp2,8 T, Bank BTN Optimis Tercapai

Dia mengungkapkan, prospek mencari dana dari lantai bursa sangat besar karena ada 2,6 juta investor pasar modal yang siap mendapatkan penawaran untuk penggalangan dana dari korporasi.

Selain itu, jika menggunakan jalur pasar modal, perusahaan akan lebih rapi dan lebih mengutamakan keterbukaan informasi. “Sehingga investor dan perusahaan akan tumbuh bersama,” ujarnya.

Hasan menjelaskan tahun ini merupakan waktu yang tepat untuk perusahaan properti yang ingin melantai di bursa. Apalagi kebijakan moneter dari bank sentral sudah sangat akomodatif. Yakni penurunan suku bunga acuan yang terus dilakukan, hal ini disebut akan mendorong bisnis properti nasional.

“Ini akan terasa manfaatnya untuk industri real estate, karena mereka sensitivitas terhadap suku bunga pinjaman itu cukup tinggi,” jelas dia. Akses dana dari pasar modal juga menjadi jawaban dari kendala struktur permodalan dan akses pendanaan yang terbatas dari anggota REI.

Erfendi

Penulis dan penikmat informasi terkait industri properti dan turunannya dengan pengalaman lebih dari 15 tahun. Email: exa_lin@yahoo.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button